Dalam paparan awal, Kuat menjelaskan bahwa secara umum riset mengenai halal tourism atau pariwisata halal telah banyak diteliti, namun belum banyak riset yang membahas halal tourism dalam perspektif milenial muslim. “Topik ini menjadi penting, karena industri pariwisata di Indonesia memiliki prospek yang besar, termasuk halal tourism yang kian tumbuh namun di sisi lain, potensi milenial muslim belum terpetakan,” sebut Kuat.

Kuat mengatakan, dengan jumlah kaum milenial muslim Indonesia yang sangat besar, maka pemetaan potensi pariwisata halal bagi milenial muslim menjadi sangat urgent. “Tentunya ini berkaitan dengan rencana strategis pengembangan halal tourism yang perlu ditata, dan milenial muslim yang jumlahnya besar ini menjadi salah satu variabel yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan rencana pariwisata halal,” kata Kuat.

Guna mendukung penelitiannya ini, Kuat mengambil responden dari milenial muslim yang tersebar di tiga kota: Surakarta, Semarang, dan Pekalongan. Temuan awal dalam riset ini menjelaskan bahwa para milenial muslim telah memiliki pemahaman mendasar tentang pariwisata halal. Pemahaman ini yang kemudian menjadi landasan kaum milenial muslim menyatakan penerimaannya terhadap penerapan pariwisata halal di kota masing-masing.

“Tindakan afirmasinya apa, jika tiga kota tersebut menerapkan pariwisata halal, maka milenial muslim ini akan mencoba untuk mengunjungi dan juga akan menyebarkannya kepada pihak lain,” papar Kuat. Dua bentuk afirmasi dari milenial muslim tersebut semakin menguatkan betapa pentingnya milenial muslim dalam pengembangan pariwisata halal di Indonesia, secara khusus di tiga kota milenial muslim tersebut.

Reporter    : Dimas Prasetya

Editor        : Bayachi

Redaktur    : Humas Bagian Umum