Sebagaimana diketahui, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan telah bertransformasi menjadi UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Karenanya, dalam rangka mengesahkan kepemimpinan pasca transformasi tersebut, Menteri Agama melakukan pelantikan Rektor. Namun demikian, periodisasi ini melanjutkan masa bakti kepemimpinan IAIN Pekalongan.
Acara dimulai pukul 13.00 WIB dan berlangsung secara khidmat. Hadir sebagai saksi, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Nizar Ali dan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani. Pada kesempatan tersebut, Menag Yaqut Cholil Qoumas berpesan agar transformasi kelembagaan dari IAIN menjadi UIN bukan hanya sekedar alih status, melainkan mampu memenuhi tujuan yang diharapkan. “PTKIN bukan sekedar tempat mencetak sarjana, melainkan harus bisa melahirkan intelektual yang agamawan dan agamawan yang intelek,” ungkap Yaqut.
Yaqut juga meminta seluruh pimpinan PTKIN agar memberikan perhatian terhadap akuntabilitas pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta pengelolaan proyek hingga pemeliharaan gedung sarana yang pembiayaannya berasal dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Hal ini berdasarkan pengamatannya masih terdapat gedung-gedung yang dibangun dengan SBSN dan bantuan luar negeri di kampus PTKIN namun pemanfaatan dan pemeliharaannya belum optimal. “Kita semua harus merapatkan barisan dan satu frekuensi dalam membangun tata kelola organisasi, sistem birokrasi dan pelayanan yang terbaik di perguruan tinggi untuk mahasiswa, dosen dan segenap warga kampus,” tambah Yaqut.
Ditemui di lokasi acara, Rektor UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan Prof. Dr. H. Zaenal Mustakim, M.Ag., berharap pelantikan ini dapat menjadi awal yang baik untuk bekerja lebih keras dalam memajukan transformasi UIN Gus Dur. “Alhamdulillah hari ini telah dilantik bersama lima Rektor UIN yang bertransformasi serta dua Rektor hasil seleksi (asesmen) dari Kementerian Agama, yaitu Rektor UIN Ar Raniry Banda Aceh dan Rektor IAIN Pontianak”, ungkap Prof. Zaenal.
Lebih lanjut, Prof. Zaenal menyampaikan rencana ke depan bahwa secepatnya akan menyusun langkah-langkah untuk menyelesaikan penyesuaian dari transformasi IAIN menjadi UIN. “Yang perlu segera dituntaskan yaitu organisasi dan tata kerja (ortaker), statuta dan beberapa hal yang penting dilakukan di kampus, yakni menyusun kembali visi-misi termasuk renstra, RIP dan renop sebagai dasar mengelola UIN Gus Dur Pekalongan agar berjalan lebih baik dan lebih maju,” pungkas Prof. Zaenal.
Sebagai informasi, selain melantik Rektor UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Menag RI melantik tujuh Rektor Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) sekaligus, yaitu:
- Dr. H. Zaenal Mustakim, M.Ag., sebagai Rektor UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan;
- Dr. Marjoni Imamora, MSc., sebagai Rektor UIN Mahmud Yunus Batusangkar;
- Dr. Ridha Ahida, M.Hum., sebagai Rektor UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi;
- H. Muhammad Darwis Dasopang, M.Ag., sebagai Rektor UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan;
- Dr. Zakiyuddin, M.Ag., sebagai Rektor UIN Salatiga;
- Dr. H. Mujiburrahman, M.Ag., sebagai Rektor UIN Ar Raniry Banda Aceh;
- Syarif, S.Ag., M.A., sebagai Rektor IAIN Pontianak.
Reporter : Anik Maghfiroh
Editor : Dimas Prasetya
Redaktur : Humas Bagian Umum
