Acara dilaksanakan di Auditorium IAIN Pekalongan Kampus Panjang. Narasumber dalam bimtek hari pertama ialah Dr. H. Ihsan, M.Ag., selaku Ketua FKUB Kab. Kudus sekaligus Wakil Rektor III Institut Agama Islam Negeri Kudus. Tema yang diusung pada bimtek hari pertama yakni ‘‘Moderasi Beragama dalam Bingkai Toleransi“.
Dalam penjelasannya, Dr. H. Ihsan, M.Ag., menyampaikan bahwa komitmen terhadap agama menjadi salah satu faktor penting kebahagiaan Generasi Z (usia 18-21 tahun). “Generasi Z Indonesia menganggap agama menjadi hal paling penting, hal ini sejalan dengan survei yang dilakukan oleh PPIM UIN melalui program CONVEY mengenai sikap dan perilaku toleransi mahasiswa dan dosen melalui survei daring,“ jelas Ihsan.
Hasil survei tersebut menunjukkan dari 637 Dosen di 87 Perguruan Tinggi dan 2866 Mahasiswa dari 92 Perguruan Tinggi yang tersebar di 34 Provinsi seluruh Indonesia ditemui hasil yang cukup tinggi dengan angka 51.11% terkait perilaku toleransi dosen dan 70.89% perilaku toleransi mahasiswa. Beberapa faktor yang mempengaruhi rasa toleransi di perguruan tinggi, antara lain: pengaruh sosial ekonomi, iklim kampus, pengaruh kegiatan keagamaan hingga pengaruh dari rasa keterancaman.
Lebih lanjut, Ihsan menuturkan terdapat pergeseran arti toleransi antara generasi kolonial (tua, -red) dengan generasi milenial. ‘‘Toleransi adalah lakum dinukum waliyadin (bagimu agamamu, bagiku agamaku) untuk versi kolonial, sementara versi milenial memaknai toleransi ketika bagimu agamamu, bagiku kau saudaraku,“ kata Ihsan.
Selanjutnya, Dr. H. Ihsan, M.Ag., menyampaikan kutipan kalimat dari Inayah Wahid, yakni “semakin aku meyakini Ketuhanan yang maha esa semakin aku memegang prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab serta menjaga persatuan Indonesia melalui kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Sebagai penutup, Dr. H. Ihsan, M.Ag., menegaskan bahwa toleransi adalah bagian dari fundamental Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mana antara toleransi dan dasar bernegara merupakan satu kesatuan yang tak mungkin pisah. ‘‘KH. Abdurahman Wahid pernah berkata tanpa Pancasila negara akan bubar. Di mana Pancasila adalah seperangkat asas dan ia akan ada selamanya. Dan Pancasila ini akan saya perjuangkan dengan nyawa saya. Tidak perduli apakah ia dikebiri oleh angkatan bersenjata atau dimanipulasi oleh sebagian umat Islam,“ pungkas Ihsan.
Penulis : Dimas Prasetya
Editor : Anik Maghfiroh