Prof. Ali menyampaikan tantangan utama ilmu-imu keagamaan pada era society 5.0 adalah bagaimana ilmu-ilmu keagamaan tetap relevan di tengah-tengah kehidupan manusia. Guna menjaga relevansi tersebut, Prof. Ali menyampaikan tiga pendekatan yakni ilmu keagamaan yang berpusat pada manusia, inklusif (terbuka) dan mengacu pada riset dan ekperimentasi.
Lebih lanjut, Prof. Ali menjelaskan Ushuluddin sebagai dasar-dasar agama memiliki peran penting bagi perkembangan studi agama secara umum maupun lintas keilmuan (interdisipliner). “Di era society 5.0 semua perkembangan teknologi modern berpusat kepada manusia sebagai komponen utamanya, karenanya ilmu-ilmu agama harus berkontribusi pada pengembangan keterampilan akademik seperti membaca, menulis, berbicara dan berpikir kritis,” pungkas Prof. Ali.
Sementara itu, Dr. H. Najahan Musyaffak, M.A dalam paparannya mengungkapkan era society 5.0 mendorong terbukanya ruang publik secara bebas dan akses informasi yang tak terbatas. Hal ini mengakibatkan adanya penurunan peran dari dosen, ulama, pakar sebagai sumber pengetahuan utama. “Perlu reorientasi keilmuan agama untuk lebih adaptif dan ready untuk menjawab kebutuhan masyarakat agar perguruan tinggi keagamaan Islam ke depan terus relevan dan makin diminati ,” papar Najahan.
Acara Studium General FUAD dilaksanakan menggunakan metode blended (luring dan daring). Secara luring, acara dilaksanakan secara terbatas dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Sementara melalui daring, acara dapat diikuti melalui aplikasi zoom meeting. Acara dimulai dengan penyampaian laporan kegiatan oleh Wakil Dekan I FUAD, Dr. Amat Zuhri, M. Ag kemudian dilanjutkan dengan pembukaan acara oleh Dekan FUAD Dr. Sam’ani, M.Ag. Adapun keseluruhan acara dipandu oleh Farah Farhatus Shoimah, mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) IAIN Pekalongan semester VI.
Penulis : Dimas Prasetya
Editor : Baryachi