Dorong Produktivitas Riset Gender, PSGA IAIN Pekalongan Gelar Workshop Metodologi Penelitian Bagi Dosen

07 March 2022

Pekalongan (7/3) – Pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) pada perguruan tinggi di Indonesia masih menemui jalan terjal. Minimnya hasil pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat berbasis gender menjadi indikator rendahnya perguruan tinggi dalam merespon isu-isu gender. Hal inilah yang mendorong Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) melalui Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) menggelar workshop Metodologi Riset Berbasis Gender bagi dosen di lingkungan IAIN Pekalongan, Selasa-Rabu (1-2/3/2022).

Dalam pidato pembuka workshop, Dr. H. Imam Kanafi, M. Ag., selaku Ketua LP2M IAIN Pekalongan mengungkapkan bahwa pengembangan riset berbasis gender merupakan salah satu domain yang dijalankan oleh LP2M IAIN Pekalongan. Kegiatan Tri Dharma di perguruan tinggi, tambah Imam, merupakan upaya yang bersifat komprehensif, sehingga riset menjadi salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan tri dharma tersebut.

“Isu-isu gender sebenarnya memiliki banyak ruang untuk dikaji dan diungkap, di antaranya yang sedang hangat adalah kekerasan gender di media sosial. Maka, kalau mau memperbanyak penelitian gender, kita perlu mengasah kepekaan terhadap isu tersebut dan fenomena-fenomena yang mutakhir,” paparnya. Masih menurut Imam, IAIN Pekalongan sebagai kampus di bawah naungan Kementrian Agama (Kemenag) memiliki keberagaman perspektif keilmuan karena dimensinya terdiri atas dua orientasi, yakni dunia dan akhirat.

“Kampus IAIN Pekalongan dan PTKIN lain punya perbedaan dengan perguruan tinggi umum. Karena itu sebetulnya teman-teman dosen ini perspektifnya lebih beragam di banding kampus lain, terutama di bidang keagamaan,” katanya. Di akhir sambutan, Imam memberi trigger berupa motivasi kepada para audiens agar tetap semangat dalam memproduksi pengetahuan dengan menempatkan gender sebagai isu utama. “Tentu akan sangat menarik dan punya peluang yang luas jika teman-teman mengkaji ekspresi spiritualitas manusia ditinjau dari perspektif gender,” tutupnya.

Workshop yang dilaksanakan di Hotel KHAS Pekalongan ini menghadirkan dua narasumber mumpuni di bidang gender. Narasumber di hari pertama, Dr. Ida Ruwaida, S.Sos., M. Si., dari Gender and Sexuality Studies Centre, Universitas Indonesia (UI). Ida memberi suplemen kepada audiens ihwal riset gender, bagaimana mendesain riset gender, dan gambaran cara kerja metodologinya. Di sela-sela paparan materi yang disampaikan, Ida memberikan pandangan atas rendahnya riset berperspektif gender dewasa ini. Baginya, mainstreaming gender kesannya hanya jalan di tempat, karena masih banyak peneliti yang memandang bahwa isu-isu gender tidak memiliki posisi yang sama pentingnya dengan isu lain yang lebih menarik.

Karenanya menurut Ida, sangat penting peneliti memliki kepekaan, awareness dan kepedulian terhadap isu-isu responsif gender. Riset perspektif gender tidak perlu secara eksplisit menyebutkan gender dalam judulnya, namun secara substansi gender digunakan sebagai pisau analisis dalam mengungkap fenomena masyarakat.  “Ada tiga hal penting dalam penelitian responsif gender yang tidak bisa ditinggalkan oleh peneliti, yakni bahwa peneliti harus memiliki paradigma kritis dalam melihat isu, tidak buta gender dan meminimalisir bias, kemudian harus memiliki keberpihakan terhadap perempuan serta yang terakhir berorientasi terhadap perubahan,” pungkas Ida.

Sementara itu, Prof. Dra. Hj. Nina Nurmila, M.A., Ph. D., dari Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), didapuk menjadi narasumber di hari kedua dengan mengajak para peserta workshop untuk berdiskusi interaktif mengenai seluk beluk gender, keadilan, dan kesetaraan yang berperspektif gender. Prof. Nina menegaskan bahwa metodologi feminis lahir sebagai perkembangan metodologi yang memiliki keberpihakan terhadap perempuan dengan tujuan untuk mencapai keadilan gender. Sehingga karakteristik metodologi feminis adalah memiliki hubungan timbal balik dan tidak ada hierarki artinya penelitian feminis ini merupakan riset aksi yang memberikan manfaat kepada kedua belah pihak, membangun kesadaran akan adanya ketidakadilan dan berupaya membawa perubahan pada keadilan gender. 

Prof. Nina melanjutkan bahwa indikator keadilan gender adalah adanya Akses, Kontrol, Partisipasi dan Manfaat bagi semua orang baik perempuan maupun laki-laki yang disingkat dengan AKPM. Kemudian di akhir sesi beliau mendampingi sejumlah proposal penelitian dosen IAIN Pekalongan dengan memperkuat dan mempertajam pemahaman serta analisisnya tentang gender. Peneliti-peneliti muda penting memiliki wawasan yang berperspektif gender sehingga mampu melihat fenomena-fenomena sekitar yang bisa dijadikan sebagai bahan kajian riset, sehingga penelitian akan lebih bermakna dan berkontribusi pada perubahan. Penelitian jangan hanya dilakukan jika didanai oleh kampus namun riset harus menjadi passion bagi dosen, demikianlah motivasi pungkas Beliau.

Diselenggarakannya workshop ini memuat harapan besar agar penelitian berperspektif gender yang dilakukan oleh para dosen di lingkungan IAIN Pekalongan, baik yang didanai ataupun mandiri menghasilkan output berkualitas dengan menilik pada topik, substansi, maupun luarannya.


Penulis      : Ningsih Fadhilah

Editor       : Dimas Prasetya

Redaktur   : Humas Bagian Umum

                 
UIN K.H. Abdurrahman Wahid
Kampus 1: Jl. Kusuma Bangsa No.9 Kota Pekalongan 51141
Kampus 2: Jl. Pahlawan Km.5 Rowolaku Kajen Kab. Pekalongan 51161
Telp: +62 (285) 412575
Fax : +62 (285) 423418
Top
We use cookies to improve our website. By continuing to use this website, you are giving consent to cookies being used. More details…