Pada AICIS ke-21 Dewi masuk pada kategori selected panel dengan tema Ulama Perempuan. Ia membawakan judul penelitian Pola Kepemimpinan Nyai Masriyah Amva Pengasuh Pondok Pesantren Kebon Jambu Al Islamy Babakan Ciwaringin pada Masa Pandemi Covid-19. Ia mengaku tertarik meneliti peran ulama perempuan (Nyai) karena pada masa pandemi Covid-19, peranan Nyai dalam pesantren sangat vital guna menyelesaikan problem yang ada.
“Penelitian ini didasarkan kepada stigma bahwa pesantren identik dipimpin oleh seorang Kiai sebagai tokoh sentralnya, padahal realitanya terdapat pesantren yang justru dipimpin oleh seorang ulama perempuan,” sebut Dewi. Ia menambahkan, Nyai sebagai agen perubahan di pesantren menandakan bahwa keberperanan Nyai dalam aktivitas di masyarakat sangat bergantung pada posisinya sebagai ulama perempuan yang memimpin pesantren.
“Dalam konteks pandemi, pola kepemimpinan Nyai pesantren menjadi hal yang sangat esensial dalam menjaga keberlangsungan pesantren menghadapi masa-masa kritis,” sambungnya. Nyai Masriyah Amva, sosok yang dibahas oleh Dewi dalam penelitiannya, merupakan figur utama selaku pemimpin pesantren Kebon Jambu Al Islamy yang berhasil menjaga ketahanan pesantren pada masa pandemi Covid-19.
Dalam paparannya, ia menyebut pola kepemimpinan Nyai Masriyah Amva yang egaliter, inklusif, dan adaptif merupakan modal utama membangun resiliensi pesantren yang dikarenakan kondisi pandemi dua tahun terakhir proses pendidikan pesantren dilaksanakan secara virtual. “Karakteristik kesetaraan dan inklusif yang ditampilkan Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy memberikan gambaran pesantren sebagai khazanah pendidikan Islam yang ramah terhadap perempuan dan tentunya mengajarkan ilmu pengetahuan agama yang damai,” pungkas Dewi.
Reporter : Dimas Prasetya
Editor : Baryachi
Redaktur : Humas Bagian Umum