Kegiatan ini menghasilkan temuan, bahwa meskipun Hongkong menadi destinasi favorit pekerja migran, namun bukan berarti tidak ada masalah di dalamnya. Diantara masalah yang dihadapi pekerja migran Indonesia adalah penipuan pihak yang mengaku agen, pelecehan seksual (kadang pelakunya dari majikan, atau sesama pekerja migran), perlakuan kasar dari majikan baik secara verbal dan fisik, pemutusan kontrak kerja sepihak, hingga masalah dengan keluarga yang ditinggalkan. Inilah realitas yang dihadapi oleh para pekerja migran di Hongkong, mulai dari segala bentuk kekerasan verbal, fisik hingga kekerasan ekonomi serta penipuan pada pekerja migran.
Terlepas dari berbagai masalah tersebut, berbagai informan wawancara dari para pekerja migran mengatakan, Hongkong merupakan tempat yang cukup nyaman. Kejelasan dan kepastian hukum relatif ditegakkan, termasuk pada kehidupan sosial sehari-hari. Namun, kenyamanan para pekerja migran di hongkong, pada sisi lain justru mendorong timbulnya masalah baru. Misalnya munculnya agen palsu yang menjanjikan pekerjaan di Hongkong atau munculnya masalah overstay, karena para pekerja migran tidak mau pulang ke rumah. Betahnya para pekerja migran di Hongkong juga pada sisi lain berpotensi menimbulkan masalah keluarga di rumah yang ditinggalkan. Karena, dalam keluarga, sosok ibu atau ayah, merupakan sosok vital yang tidak bisa tergantikan.
Peran dari lembaga-lembaga advokasi pekerja migran, kedudukannya menjadi sangat vital untuk melakukan gerakan, konseling/Penguatan psikologis hingga perlindungan hukum. Beberapa pencegahan kekerasan telah dilakukan mulai dari penguatan edukasi dan literasi hukum pada pekerja migran Indonesia, penguatan bakat dan minat, konseling teman sebaya dan penyediaan wadah pengaduan kasus, demikian yang disampaikan oleh ketua IMWU (Indonesian Migrant Worker Union). Aliansi gerakan advokasi pekerja migran ini juga memiliki shelter sebagai tempat aman untuk para pekerja migran yang sedang berhadapan dengan kasus. Menariknya semua ini dilakukan sebagai bentuk support sistem dan kemanusiaan sesama pekerja migran
Selain itu penguatan keagamaan juga dilakukan oleh PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) Hongkong dalam bentuk majlis dan pengajian serta peringatan hari-hari besar Islam. Pendampinga dalam membaca Al-Qur’an mulai dari yang sangat dasar juga dilakukan. Pekerja migran ini sangat haus akan pengetahuan dan pendalaman keagamaan sebagai penguat secara spiritual dan psikologis menghadapi tantangan menghadapi problematikan pekerja migran yang sangat bervariatif.
Berbagai problem para pekerja migran yang muncul di Hongkong merupakan sesuatu yang perlu didalami. Menurut Prof. Imam Kanafi selaku ketua LP2M mengungkapkan, kontribusi para pekerja migran sanagat besar, hingga mereka kerap disebut sebagai “pahlawan devisa”. Prof. Imam menuturkan pekaerja migran harus diganjar dengan perhatian terhadap berbagai masalah yang mereka hadapi. “Untuk memecahkan masalah dengan komprehensif, diperlukan pemahaman yang utuh terhadap masalah itu terlebih dahulu. Atas dasar inilah program penelitian ini dilakukan,” ungkapnya.
Prof. Imam berharap program penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi para pemangku kepentingan atau pembuat kebijakan untuk merealisasikan kegiatan yang memitigasi masalah. “Diperlukan aturan atau regulasi yang jelas, untuk melindungi para pahlawan devisa negara tersebut,” pungkas Prof. Imam.
Penulis : Ningsih Fadhilah
Editor : Baryachi