Setelah sebelumnya mengadirkan Prof. Dr. Phil, Nur Kholis Setiawan, M.A,. diskusi kali ini menghadirkan dua narasumber diantaranya Gus Ulil Absar Abdalla (Dosen Pascasarjana Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia) dan Dr. Zainul Abas, M. Ag. (Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Sukoharjo).
Pada materi pertama Gus Ulil yang juga merupakan pengasuh Ngaji Ihya’ Online menyampaikan materi tentang Gus Dur, Relasi Sains dan Agama: Membangun Visi Keilmuan UIN Abdurrahman Wahid. “Peta kajian agama atau Islam terbagi dalam tiga kajian yang digambarkan dalam bentuk tiga segitiga yakni Dirasah Islamiyah/Islamic Studies, Talaqqi/Traditional Mode of Islamic Learning dan Religious Studies” terang Gus Ulil. Beliau menekankan pesantren merupakan tempat merawat tradisi yang berabad-abad. Sementara di Universitas sekarang mengandung model mengambil jarak. Tradisi Islam bukan lagi dibahas sebagai sumber berkah saja, melainkan dengan pendekatan kritis. Sebagai sarjana muslim, Gus Ulil mengajak para peserta untuk berfikir mengenai model pendidikan tradisional yang harus bertahan pada era kedepan di tengah modernisasi pendidikan yang meminggirkan model-model pendidikan lokalitas seperti pesantren.
Sementara Dr. Zainul Abas, M. Ag menyampaikan materi tentang Paradigma Kritis Pemikiran Abdurrahman Wahid. Zainul menyampaikan desertasinya tentang Gus Dur yang memperjuangkan minoritas dan beberapa sikap dan pemikiran Gus Dur yang luar biasa yang menjadi inspirasi sekaligus core keilmuan UIN Pekalongan. “Basis paradigma kritis Gus Dur setidaknya terbagi dalam tiga hal yakni Universalitas Islam, Pribumisasi Islam dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam”, jelasnya.
Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan IAIN Pekalongan, Dr. Maghfur, M.Ag. Dalam sambutan mewakili Rektor IAIN Pekalongan, Maghfur menyampaikan bahwa “Paradigma Universitas Islam Negeri yang ada ialah berbasis integrasi dan interkoneksi agama dan sains. Diskusi ini juga masih mengangkat hal sama tentang relasi agama dan sains, tentunya UIN Pekalongan harus memiliki distingsi keilmuan yang mempertimbangkan lokalitas dan global”. Harapannya UIN Pekalongan berkontribusi pada kemaslahatan, perdamaian dan juga kesejahteraan. Forum ini menjadi majlis sharing gagasan yang akan menjadi bahan kami dalam merumuskan paradigma keilmuan UIN Pekalongan yang oleh Gus Men (Menteri Agama-red) diberi amanah untuk menjadi UIN Abdurrahman Wahid”, tutup Maghfur.
Reporter : M. Najmul Afad
Redaktur : Tim Humas Bagian Umum