Print this page

Road to UIN Abdurrahman Wahid: Ikhtiar Membangun Peradaban yang Humanis

24 August 2022

 Riril Widi Handoko

Presiden Mahasiswa IAIN Pekalongan Periode 2021 

Pertama kali mendengar nama yang disematkan pada saat perubahan IAIN Pekalongan menjadi UIN, K.H. Abdurahman Wahid, sejenak kita bertanya-tanya, kenapa yang dipilih adalah KH. Abdurahman Wahid? Mantan Presiden Ke-4 Republik Indonesia, mantan ketua umum PBNU, Pejuang perdamaian dunia, yang tidak dilahirkan di Pekalongan. Beliau adalah cucu hadrotusyaikh KH. Hasyim Asy'ari pendiri NU, anak mantan Mentri Agama RI.

Kenapa nama yang dipilih bukan tokoh Pekalongan seperti Habib Hasyim bin Yahya Guru hadrotusyaikh K.H Hasyim Asy'ari yang dimakamkan di sapuro, Habib Luthfi bin Hasyim bin Yahya Wantimpres RI, atau tokoh pejuang lain, Kiai-kiai Pekalongan saja yang asli dilahirkan dan berjuang untuk Pekalongan? Atau karena Gus Yaqut menteri agama adalah dapil Pekalongan? Iya, ini adalah terka-menerka saja.

Banyak peluang jika kita mendapat nama Gus Dur, karena beliau adalah guru bangsa yang sudah dikenal di dunia, beliau bukan hanya berdarah khas pesantren yang mumpuni baik ilmu dan nasabnya, tetapi juga tokoh jurnalisme, pejuang kemanusiaan, politikus, pejuang gender, pejuang HAM, budayawan, sastrawan, dan sebagainya.

Banyak hal yang dimiliki oleh Gus Dur jika kita analisis mendalam tentang apa yang Gus Dur perjuangkan semasa hidupnya. Hingga pluralisme, humanisme, adalah ma’rifat atau puncak dari karir beliau. Hal ini merupakan peluang yang sangat besar karena kita bisa ndompleng atas kebesaran Gus Dur.

Nama Gus Dur adalah nama sejuk, semua yang mendengar kata Gus Dur pasti akan senang melihatnya, karena Gus Dur hidup untuk mengangkat harkat martabat manusia. Gus Dur adalah kebanggaan bagi manusia yang sudah sadar akan perihnya berjuang, perasan keringat Gus Dur curahkan, air mata Gus Dur kucurkan, darah bahkan nyawa untuk “Ibu Pertiwi” Gus Dur relakan demi keutuhan sebuah konstitusi bangsa, alasan berdirinya sebuah bangsa. Ini peluang yang sangat besar jika kita mampu meramu Gus Dur menjadi jelmaan sebuah kampus yang mampu membawa peradaban dunia. Gus Dur bukan dijadikan jargon tetapi visi misi yang dengan jiwa besar direalisasikan.

Besar dan kecilnya kampus ditentukan oleh besar dan kecilnya jiwa civitas academica universitas itu sendiri, jika mampu solid dan bergerak sesuai renstra dengan jiwa yang besar pasti kebesaran Gus Dur mampu direalisasikan dengan gerakan yang konkret bukan hanya dijadikan jargon atau kampanye saja. Tantangan selain pada jiwa yang besar untuk mendalami, menyelami, menelisik hingga meneladani Gus Dur, juga mindset.

Apakah semua mampu memahami Gus Dur secara utuh yang diterjemahkan melalui standar mutu kualitas insfratruktur dan kurikulum yang jelas? Maukah dosen membaca Gus Dur dengan benar dan sampai khatam agar Gus Dur menjadi spirit bersama yang ditancapkan di hati sanubari pegawai, dosen, dan civitas academica? Agar semangat Gus Dur benar benar hidup menjadi ruh pengabdian kita bersama kampus kemanusiaan UIN Abdurahman Wahid? Grand design seperti apa jika Gus Dur menjadi nama besar kampus kita? Citra nama baik kampus apakah mampu menjaga keakbaran nama Gus Dur? Tri dharma perguruan tinggi apakah akan benar benar dirasakan oleh masyarakatnya? Apakah mampu birokrat tegas pada diri sendiri, seperti Gus Dur yang senantiasa tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi welas asih kepada orang lain, terutama wong cilik, kaum minoritas, kaum mustadafin yang dibela mati-matian, tetapi birokrat menjadi jenaka pada umum, agar pelayanan kampus benar benar dirasakan layaknya prinsip kerja Kementerian Agama. Bukan menjengkelkan karena tidak mampu senyum dan jauh dari kata ramah apalagi professional.

Mampukah UIN Abdurahman Wahid menjadi basis rumah riset dunia tentang gagasan besar Gus Dur yang mampu kita sumbangkan untuk menolong sistem dunia yang sudah lumpuh, yang kaya semakin jaya, yang miskin tambah sengsara? Karena kampus adalah Laboratorium peradaban, maka semangat Gus Dur harus bisa dimanifestasikan pada paradigma pembangunan sosial masyarakat melalui institusi perguruan tinggi. Menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.

Kampus memang perlu megah agar mampu mengelabuhi masyarakat dengan tembok tembok raksasa tapi apakah hanya itu saja bukti membesarkan kampus? Kita ingin selain sarana prasana yang tidak bertele-tele dalam memfasilitasi, pelayanan yang humanis kepada siapapun, tanggap dan responsif serta memiliki etos kepekaan yang dinamis sehingga selalu kontekstualis. Kita mengharap ada taman GUSDURian, semacam taman Islam Nusantara di Jombang, sehingga menjadi taman nasional yang mengantarkan kita pada pemahaman ilmiah tentang sejarah dan perjuangan Gus Dur semasa hidupnya. Taman itu bukan hanya sebagai selfie saja tetapi juga media alternatif pendidikan yang menyederhanakan.

Dari harapan, peluang, tantangannya yang sederhana ini kami juga ingin semua kebijakan kampus sebelum disahkan, mengajak mahasiwa berdiskusi bukan hanya mengintervensi karena kita harus sama sama berfikir. Konsepsi lulusan melalui grand desain dengan renstra kampus, konsepsi pengembangan kualitas kurikulum, meningkatkan kualitas pelayanan kampus terhadap mahasiwa, pemenuhan sarana prasarana mahasiwa dan ormawa secara cepat dan tepat sasaran, kemudian bagaimana memasukan paradigma pembangunan sosial melalui konsepsi yang Gus Dur bangun sebagai tokoh yang paham birokratis jenaka. Mampukah UIN Abdurahman Wahid secara kolektif kolega satu komando membangun peradaban dengan humanis dan tepat sasaran?.

Pertanyaan-pertanyaan ini akan terus muncul dan bergulir agar kemudian dirumuskan satu pondasi dan strategi yang mapan dalam menjawab peran perguruan tinggi di masyarakat secara komprehensif karena insfratruktur intelektual yang kuat harus dibangun layaknya menggunakan spirit perjuangan yang mapan melalui kader inti ideologis, agar idealisme Gus Dur tidak hanya menjadi slogan kampanye, jargon-jargon tagline saja. Kekuatan intelektual yang dibangun adalah prasasti semacam apa agar melahirkan kader penggerak masyarakat, pembela kaum mustadafin, agar citra kampus secara bersama sama mampu menginterpretasi paradigma Gus Dur sehingga relevansi dan kolektivitas perguruan tinggi bertemu dalam muara juang yang sama untuk melahirkan kapital keilmuan sesuai dengan kebutuhan zaman yang akan disokong oleh UIN Abdurahman Wahid sebagai kampus rujuakan mahasiswa muslim dunia? Bagaimana juga meningkatkan standar mutu kualitas lembaga kampus agar (minimal) setara dengan kampus metropolitan yang tidak diragukan kualitas pendididikannya serta kemampuan manajerial distributor alumi sebagai basis kekuatan kampus yang menyokong nama baik kampus mampu berdiri dengan eksistensi jaringannya?.

Pandangan terlahir dari budaya, agama dibentuk dari budaya, maka budaya UIN Abdurahman Wahid harus mampu merespon dan mengoneksikan kebutuhan mahasiswa dan masyarakat agar lulusan kampus mampu menjawab tantangan bangsa dan negara serta agama melalui darah juang pengabdiannya di spesifikasi keahliannya dengan membawa semangat Gus Dur dengan ideologisnya. Kita memang tidak dilahirkan oleh Gus Dur tetapi melalui pemikiran Gus Dur kita harus mampu melahirkan gagasan inovatif dan kreatif sesuai dengan tuntutan zaman agar kampus tetap relevan karena kualitas dan kedalaman kapasitasnya.

UIN Abdurahman Wahid harus menjadi sarang juang ideologi Gus Dur dengan tetap fokus pada pengembangan sinkronisasi basis jurusan yang relevan, citra jurusan relavan dengan zamannya, Gus Dur sebagai pondasi spirit perjuangan yang menyatu dalam hati sanubari. Gus Dur menjadi alternatif terdekat cara kita belajar terhadap tokoh-tokoh sebelumnya. UIN Abdurahman Wahid sebagai jawaban dunia bahwa mahasiswa akan tetap dibutuhkan masyarakat karena aksi nyata membangun peradaban melalui keilmuan yang sahih dan humanis yang menyatu dengan masyarakat.

Jayalah UIN Abdurahman Wahid dengan kualitas terbaiknya. Kami merindukan kejayaan Indonesia melalui sumbangsih kampus kemanusiaan Pekalongan.

 

We use cookies to improve our website. By continuing to use this website, you are giving consent to cookies being used. More details…