Riset yang berjudul resonansi pendidikan Islam di negara minoritas nonmuslim, tentu akan memotret eksistensi, visi, misi dan pengembangan strategis Sekolah An-nur di tengah keberagaman budaya dan dominasi agama mayoritas non-Muslim, serta mengkaji pendekatan kurikulum yang diimplementasikan pada sekolah tersebut. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tantangan pendidikan Islam di negara-negara yang mayoritas penduduknya non-Muslim, seperti Timor Leste. Di An-Nur, pendidikan agama Islam dihadirkan tidak hanya untuk membentuk nilai-nilai spiritual dan etika siswa Muslim, tetapi juga untuk menciptakan suasana harmoni di lingkungan multikultural. "Kami ingin menggali bagaimana pendidikan Islam dapat berjalan secara harmonis dan inklusif di negara minoritas Islam," ungkap Prof. Muhlisin dalam statemennya.
Prof. Muhlisin mengungkapkan, riset ini sejalan dengan prinsip multicultural education yang menekankan pentingnya menciptakan pendidikan yang menghormati keberagaman dan keberagamaan. Sekolah An-Nur dianggap sebagai model pendidikan yang mampu menghadirkan nilai-nilai Islam di lingkungan yang sangat beragam, tanpa mengesampingkan toleransi dan keterbukaan. Di awal kedatangan di Lokasi, tim riset memandang bahwa Sekolah An-Nur menggunakan kurikulum yang dirancang dengan pendekatan inklusif, yang memungkinkan para siswa dari latar belakang agama berbeda untuk belajar bersama dalam suasana harmonis. Prof Sudeng mencatat, "Pendekatan kurikulum di An-Nur sangat inovatif. Selain memberikan pelajaran agama Islam, sekolah ini juga memberikan pendidikan karakter dan etika universal yang relevan dengan semua siswa, termasuk non-Muslim." Hal ini menegaskan pentingnya pendidikan karakter dalam membentuk siswa menjadi pribadi yang tidak hanya berpengetahuan luas tetapi juga berakhlak. Sekolah An-Nur, dalam hal ini, mengadopsi nilai-nilai Islam yang ditekankan pada kesederhanaan, kejujuran, dan saling menghormati, yang dapat diterima oleh semua pihak.
Salah satu fokus utama penelitian ini adalah memahami dinamika sosial antara siswa dan guru Muslim dan non-Muslim di Sekolah An-Nur. Untuk mendapatkan hasil yang valid, 2 orang Dosen UIN Gus Dur telah menyiapkan wawancara dengan Yayasan, Kepala Sekolah, siswa, guru, dan staf, serta mengamati interaksi sosial di antara mereka. Dalam Penelitian ini juga akan memetakan sejumlah tantangan yang dihadapi lembaga pendidikan Islam seperti An-Nur, terutama dalam mempertahankan identitas Islam sambil merangkul lingkungan yang mayoritas non-Muslim. Tantangan ini mencakup yang bersifat internal dan eksternal.
Melalui Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa rekomendasi untuk mendukung perkembangan pendidikan Islam yang inklusif di tengah keragaman agama, kepercayaan, ideologi dan budaya yang semakin variatif di era globalisasi. Selain itu, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan kebijakan pemerintah yang mendorong penerapan pendidikan karakter yang berbasis nilai-nilai universal, serta kerjasama lintas agama untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Sebagai penutup, Kedua dosen UIN Gus Dur menyatakan bahwa riset ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga bagi pengembangan pendidikan Islam di negara-negara minoritas Islam, serta menjadi model pendidikan inklusif yang harmonis di lingkungan beragam. "Mohon doa restunya agar kita berdua dapat menjalankan tugas riset ini dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.
Kontributor : Prof. Muhlisin
Editor : Baryachi
