Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif AI Ready ASEAN, yang didukung oleh Google.org dan dilaksanakan bersama mitra lokal, Kaizen Collaborative Impact, dengan tujuan untuk meningkatkan kesiapan talenta digital serta memperkenalkan ilmu komputer dan komunikasi digital dalam format yang interaktif dan inspiratif.
Acara dibuka secara resmi oleh Prof. Dr. Hj. Shinta Dewi Rismawati, M.H., selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerja Sama UIN Gus Dur. yang dalam sambutannya menekankan pentingnya penguasaan teknologi dan komunikasi digital yang efektif sebagai salah satu kompetensi utama di era transformasi digital saat ini.
Dalam sambutannya, Prof. Shinta menekankan pentingnya penguasaan teknologi dan komunikasi digital yang efektif sebagai salah satu kompetensi utama di era transformasi digital saat ini. Ia juga mengapresiasi komitmen para dosen yang meluangkan waktu di tengah kesibukan untuk mengikuti pelatihan ini. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada ASEAN Foundation atas fasilitasi dan kerja sama yang terjalin.
"Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran, seiring kemajuan teknologi yang terus berkembang. Satu jam ini bukan akhir, melainkan awal dari rangkaian pelatihan AI (Artificial Intelligence)" ujar Prof. Shinta.
Kegiatan utama berupa sesi pelatihan Hour of Code dipandu langsung oleh narasumber Rizqika Alya Anwar, S.I.Kom., fasilitator dari Kaizen Collaborative Impact. Melalui sesi berdurasi 60 menit ini, para peserta diajak untuk memahami konsep dasar pemrograman dan komunikasi digital yang aplikatif dalam konteks pendidikan tinggi.
Sebagai narasumber utama, Riskiya Alya Anwar membuka sesi dengan menyampaikan berbagai tantangan pembelajaran masa kini. Salah satu isu yang mencuat adalah meningkatnya ketergantungan mahasiswa terhadap teknologi kecerdasan buatan, seperti ChatGPT, yang berdampak pada menurunnya minat membaca referensi konvensional seperti buku.
Menurut Alya, peran dosen sangat penting dalam menjembatani perkembangan teknologi dan nilai-nilai akademik. “Menolak AI secara total tidak mungkin, tetapi membiarkan mahasiswa bergantung sepenuhnya juga bukan solusi. Dosen harus menjadi jembatan, membimbing mahasiswa agar tetap berpijak pada etika, norma, dan nalar dalam proses menuntut ilmu,” jelasnya.
Alya menegaskan, AI tidak seharusnya menjadi satu-satunya sumber belajar, melainkan alat bantu yang memperkuat kemampuan analisis dan critical thinking mahasiswa.
Sesi Hour of Code juga mengajak peserta langsung mempraktikkan pembelajaran melalui gim edukatif Minecraft, untuk melatih kemampuan pemecahan masalah (problem solving) dan berpikir kritis dalam konteks pembelajaran berbasis AI. Meskipun kesan awal seperti bermain gim, para dosen mengaku mendapatkan pengalaman baru dan reflektif.
“Kesan awal seperti bermain, tapi justru di situlah letak pelatihannya: berpikir kritis dan menyelesaikan masalah. Ini sangat bermanfaat,” ungkap salah satu peserta.
Dosen yang menunjukkan minat lebih dalam bidang AI akan diundang untuk mengikuti pelatihan lanjutan atau in-depth learning, sebagai bentuk lanjutan komitmen penguatan kapasitas dosen dalam era transformasi digital.
Dihubungi pasca acara, Kepala Pusat Layanan Internasional UIN K.H. Abdurrahman Wahid (UIN Gus Dur) Pekalongan, Hj. Isriani Hardini, M.A., Ph.D., meras senang atas berlangsungnya kegiatan ini. "Kami sangat mengapresiasi kolaborasi antara UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan dan ASEAN Foundation melalui inisiatif AI Ready ASEAN. Kegiatan ini menjadi langkah penting dalam meningkatkan literasi digital civitas akademika, khususnya dosen dan tenaga kependidikan. Kegiatan ini dapat mendorong pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan relevan dengan tantangan zaman. Semoga ke depannya kerja sama ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dengan memberikan pelatihan kepada mahasiswa" ungkapnya.
Penulis : Abdul Adhim
Editor : Baryachi