Kegiatan yang dikemas dengan workshop ini, dihadiri langsung oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan UIN Gus Dur Pekalongan, Prof. Dr. Maghfur, M.Ag., segenap dosen pengampu mata kuliah Moderasi Beragama & Harmonisasi Sains dan Agama serta pemateri dari Rumah Moderasi Beragama UIN Walisongo Semarang yakni Dr. Imam Yahya, M.Ag. dan Dr. H. Sholihan, M.Ag.
Prof. Dr. Maghfur, M.Ag. dalam sambutannya menyampaikan, tujuan diadakan kegiatan Penguatan Kapasitas Bagi Dosen Mata Kuliah Moderasi Beragama & Harmonisasi Sains dan Agama adalah untuk penyamaan persepsi terkait mata kuliah, dan capaian yang menjadi tujuan mata kuliah tersebut, “Dalam rangka berproses atas transformasi IAIN menjadi UIN, ini bagian kita menuju kesiapan yang lebih mapan dan sempurna untuk pengembangan keilmuan kita termasuk bagian dari review kurikulum,” tutur Prof. Maghfur
Selain itu Prof. Maghfur menambahkan UIN Gus Dur Pekalongan sebagai institusi tidak mungkin sempurna didalam menyiapkan keseluruhan hal secara instan sejak beralih status, maka perlu memulai langkah dan menyusun strategi untuk menyempurnakannya. “Seperti halnya mata kuliah mandatori yang lain seperti Bahasa Indonesia, Pancasila, Kewarganegaraaan dan Agama, moderasi beragama juga merupakan mandat pusat yang secara masif di kawal oleh dari Kemenag RI dalam rangka Perguruan Tinggi mengambil peran dalam penguatan moderasi beragama,” ungkap Prof. Maghfur.
Sementara itu Dr. Imam Yahya, M.Ag. mengatakan, mata kuliah Moderasi Beragama & Harmonisasi Sains dan Agama adalah tugas mata kuliah wajib yang harus diambil oleh seluruh mahasiswa guna doktrinasi faham Islam Wasatiyah di tengah maraknya faham ekstrim kanan maupun kiri. “Millennial saat ini memiliki kecenderungan kegemaran terhadap konten-konten hiburan, motivasi serta topik-topik keseharian di arena kontestasi baru dalam bermedia sosial seperti Whatsapp, Instagram, Youtube, Tiktok, Facabook dan lain sebagainya berpengaruh pada fenomena kajian Islam kontemporer, maka perlu di berikan bekal awal sebagai dasar yang kuat,” papar Imam.
Selanjutnya Dr. H. Sholihan, M.Ag, memberikan pandangan terkait konversi IAIN menjadi UIN sebagai momentum luar biasa bagi perumusan epistemologi pengembangan ilmu yang integratif. Sehingga perubahan kelembagaan legal administratif dari IAIN menjadi UIN dibarengi dengan perubahan paradigma keilmuannya. “Apa yang dilakukan oleh UIN merupakaan upaya untuk melakukan integrasi, tidak hanya antara agama dan sains, melainkan juga pada integrasi antara gagasan/gerakan Humanisasi Ilmu-ilmu Keislaman dan Islamisasi Ilmu. Keilmuan dalam Islam tidak mengenal istilah dikotomi. Hal ini karena keyakinan para intelektual Islam bahwa ilmu berasal dari entitas dan realitas yang tunggal dan suparasional, sehingga terciptanya ilmu yang tidak terpecah dan terpisah antara satu dengan yang lain, namun saling bersilaturrahmi dan menguatkan,” papar Sholihan.
Mata Kuliah Moderasi Beragama & Harmonisasi Sains dan Agama merupakan mata kuliah baru di UIN UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan yang rencananya akan diterapkan sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswa baru di semester awal perkuliahan dalam rangka memberikan fondasi yang kuat guna menjadi insan yang moderat dalam beragama serta memiliki pemahaman yang mendalam terkait sinergitas sains dan agama. Selain itu juga sekaligus penciri substansi keilmuan yang ingin di kembangkan UIN Gus Dur Pekalongan dalam konteks nasionalisme, masyarakat yang toleran anti kekerasan dan ramah akan budaya lokal.
Reporter : Anik Maghfiroh
Editor : Baryachi
Redaktur : Humas Bagian Umum
